ISLAM KITA- Postingan ‘Jalan-Jalan ke Damaskus’ kemarin memunculkan diskusi singkat di komen mengenai upaya penghapusan jejak sejarah peradaban manusia. Saya ingin membahasnya lebih lanjut.
Baca Juga: 1. mengenal-kitab-fiqh-perbandingan-mazhab
2. pembunuh-sahabat-ali-bin-abi-thalib seorang ahli ibadah
3. kang-emil-bungkam-status-jonru
Salah satu jejak peradaban yang dihancurkan ISIS adalah Palmyra. Palmyra adalah kota tua yang menyimpan situs-situs dan artefak yang tak ternilai harganya, di antaranya deretan pilar berusia 2000 tahun lebih peninggalan Romawi. Palmyra masuk dalam daftar situs ‘warisan dunia’ UNESCO. Di dalamnya ada puing-puing kuno dan museum yang menyimpan benda-benda kuno yang tak ternilai harganya.
Pada Mei 2015, ISIS masuk ke Palmyra. Mereka membunuh seorang arkeolog yang telah menjaga situs itu selama lebih dari 40 tahun, bernama Khaled al Assad, setelah ia menolak memberitahukan dimana letak harta karun di situs kuno itu. Buku-buku milik Khaled dibakar oleh ISIS.
Pada Maret 2016, Palmyra berhasil direbut kembali oleh tentara Suriah. Amphiteater (lihat foto) masih relatif aman, meski museum dan berbagai patung sudah dihancurkan ISIS. Di lokasi itu kemudian digelar pagelaran musik klasik yang megah, sebagai tanda sukacita bangsa Suriah atas kembalinya Palmyra. Pada Desember 2016, ketika tentara Suriah sibuk membebaskan Aleppo, mereka menyerbu lagi ke Palmyra (dan diyakini ini adalah seizin AS; karena posisi pasukan AS saat itu seharusnya bisa menghalangi langkah ISIS).
Kali ini, tidak ada ampun lagi. Palmyra semakin hancur lebur. Pada Febriari 2017, tentara Suriah berhasil merebut lagi Palmyra.
Kelompok "jihad" lain di Suriah, Jabhah Al Nusra (Al Qaida), telah menghancurkan patung penyair Abu Tammam Habib ibn Aws di Daraa. Patung penyair al-Ma’arri, dipenggal kepalanya. Patung Harun Al Rasyid di Rakaa pun tak luput dari ‘pembantaian’ mereka, juga makam salah satu sahabat Rasulullah, Hujr ibn Adi di pinggiran Damaskus. Sebatang pohon tua berusia 150 tahun di kota Atmeh pun menjadi korban: ditebang habis. Seorang teroris Al Nusra mengatakan kepada wartawan Perancis bahwa pohon itu ditebang karena sudah jadi sesembahan warga. Inilah jihad mereka. Selain menggorok leher orang-orang ‘kafir’ Suriah, mereka pun membasmi patung, makam, dan pohon.
Yang perlu dicatat, bukan cuma ISIS dan Al Nusra yang hobi menghancurkan situs kuno, melainkan juga berbagai kelompok, ormas, atau rezim dengan ideologi sejenis, baik di Suriah, atau di negara-negara lain, termasuk Indonesia. Taliban menghancurkan patung Buddha di Bamiyan (Afghanistan). Rezim Saud membongkar bangunan-bangunan kuno yang merekam jejak Rasulullah di Mekah.
Kelompok-kelompok radikal menghancurkan makam-makam di Pakistan dan Indonesia (ehm, dan juga patung-patung, tau kan siapa pelakunya?). Pernah dengar nama Timbuktu? Pada awal tahun 2013, Al Qaida membakar perpustakaan-perpustakaan di Timbuktu; menghancurkan jutaan naskah kuno Islam yang tak ternilai harganya. Mereka juga menghancurkan 300 makam para sufi di kota itu.
Pertanyaannya, mengapa, apa tujuannya? George Orwell pernah menulis: “cara paling efektif untuk menghancurkan sebuah masyarakat adalah dengan membuat mereka lupa akan sejarah bangsa mereka.” [1]
Lalu, siapa yang berkepentingan menghancurkan masyarakat berbagai bangsa di Dunia Ketiga? Tentu saja, tak lain Imperium (para pemodal raksasa dunia, yang juga berada di balik ISIS, Al Nusra, Al Qaida, dan sejenisnya). Karena ketika sebuah masyarakat sudah lupa sejarah besar bangsa mereka dan kehilangan rasa cinta tanah air, mereka lebih mudah takluk dan menjadi komprador [=warga lokal yang bekerja sama dengan pemodal asing untuk mengeruk kekayaan alam di sebuah negara, tak peduli dengan nasib bangsa di masa depan].
--
[1] kalimat ini saya dapat dari salah satu tulisan Vanessa Beeley
Foto: amphiteater di Palmyra, saat masih utuh. Di panggung utama itu, ISIS pernah membariskan 25 tentara Suriah yang mereka tawan, lalu mereka bantai satu persatu (dan mereka merekamnya dengan bangga utk kemudian diunggah di internet).
Sumber berita: Tulisan Dina Sulaiman
ayam taji
ReplyDelete