Wednesday, March 1, 2017

BEGINI !!! SIKAP SAHABAT NABI SAIDINA ALI SAAT BERSENGKETA DENGAN ORANG YAHUDI

ISLAM KITA- Ada baiknya kita mengenang kisah Ali bin Abi Thalib. Ketika beliau melihat rompi perangnya dibawa oleh seorang yahudi, Beliau memintanya dan Yahudi itu menolak memberikan rompi perang itu. Sayyidina Ali meminta kasus ini diselesaikan di hadapan hakim.


Pelajaran pertama (1): Sayyidina Ali ra. tercatat sebagai sahabat terbaik Nabi, Panglima di enam puluh tiga (63) ekpedisi peperangan Islam dan Iowa menang. Serta beliau terkenal sebagai bencana bagi para musuh-musuh Islam. Beliau tidak ambil cara kasar dan main hakim sendiri. Beliau menghargai kontrak sosial dan konstitusi pemerintahan yang sah.


Setelah dihadapkan pada hakim, Yahudi tersebut ngotot bahwa rompi itu adalah miliknya. Dan Sayyidina Ali membela diri dengan memohon kehadiran saksi untuk menjustifikasi pembelaannya, bahwa rompi itu miliknya (pemberian Dari Rasulullah).


Sayyidina Ali meminta Hakim untuk menghadirkan Qunbur, budaknya dan Hasan, anaknya untuk menjadi saksi dalam persidangan tersebut. Yahudi itu keberatan,dan dia  katakan bahwa tak selayaknya anak seorang tersangka dan budak seorang tersangka di jadikan saksi untuk meringankan. Hakim pun mengamini pendapat Yahudi tersebut.


Dengan penuh kehormatan dan hati yang lapang, Sayyidina Ali berdiri Dari kursi persidangan dan mengatakan "Hasan anakku adalah calon pengawal pemuda surga, bila tidak bisa menjadi saksi, maka Kwa tak punya saksi"


Pelajaran kedua (2): Saksi, semulia apapun bila kemungkinan keberpihakannya tinggi, tidak sah di mata konstitusi.


Cerita itu selesai ketika Sayyidina Ali mengatakan kepada si Yahudi "Ambil rompi besi itu" dan si Yahudi menghampiri Sayyidina Ali seraya memeluknya dan mengungkapkan kalimat-kalimat kekaguman, bahwa tak mungkin  seorang yang berlapang dada lebih Dari ini dan dengan segala kekuatannya beliau justru berprilaku sangat lembut dan mentaati hukum.


Baca Juga : 1. ini-alasannya-titik-nol-islam-nusantara ada di sumatera utara

                     2. pengen-segera-dapat-jodoh-lakukan ini
Pelajaran ketiga (3): Sayyidina Ali paham betul bahwa tak selamanya kebenaran harus diperjuangkan. Masa di mana nilai-nilai yang menjadi maslahat dan berdampak lebih besar harus diutamakan ketimbang sekedar memperjuangkan kebenaran yang sederhana.


Oleh Sayyidina Ali, moment tersebut dijadikan ajang pamer kemuliaan ajaran Nabi Muhammad. Dengan kebesaran hatinya, setiap orang akan menilai bahwa sesuatu yang berharga dalam diri Sayyidina Ali dan Islam menjadi sangat terhormat dalam genggamannya.


Sobat bisa bayangkan, bila seorang Hasan bin Ali bin Abi Thalib (calon pengawal pemuda surga) ditolak sebagai saksi, hanya karena kemungkinan keberpihakannya tinggi. Betapa hancurnya akal sehat sebuah persidangan yang menghadirkan saksi, seorang tersangka sedari awal telah terang-terangan memusuhi tersangka.


Dan boleh juga jadi bahan renungan kita semua, tentang arti penting sebuah "perjuangan" agar tidak jadi bola api liar kemudian bergulir kesana-kemari, membakar apapun yang dilaluinya. Sementara harapan kejayaan Islam yang dimaksudkan oleh orang banyak di sini, belum jelas ke mana arahnya dan siapa junjungannya.


Sumber: Tulisan Habib Acin Muhdor

Notes:

Di Indonesi banyak sekali keturunan (dzurriyat) Nabi dari jalur keturunan imam Ali, tetapi adakah yang berakhlaq seperti imam Ali? Mungkin dia bangga "membantai" seorang tersangka dalam suatu persidangan sebagai saksi Ahli tapi dia sama sekali tak mencerminkan akhlaq imam Ali, meski berkoar dirinya keturunan imam Ali.




1 comment: