Sunday, June 18, 2017

Kisah Nabi Muhammad Saat Pertama Kali Mendapatkan Malam Lailatul Qadar




ISLAM KITA- Malam lailatul qadar yaitu malam datangnya keberkahan serta kemuliaan (QS Al-Qadr : 1). Malam yang tambah baik dari 1000 bln. (QS Al-Qadr : 3) ini memberi jaminan kebaikan dengan berkaitan dimana malaikat turun ke bumi melimpahkan semua kemuliaan dari Allah SWT untuk hamba yang diinginkan-Nya. 


Kemuliaan berkaitan itu dinyatakan dalam satu diantara ayat Al-Qur’an berbunyi, Tanazzalul malaikat war ruh (QS Al-Qadr : 4). Kata Tanazzalul yaitu bentuk yang mengandung arti kesinambungan, atau terjadinnya terjadinya sesuatu pada masa kini dan masa datang. (M. Quraish Shihab, 1999). 


Malam yang ada pada sepuluh hari paling akhir bln. Ramadhan serta berdasar sebagian kisah jatuh pada tanggal-tanggal ganjil ini menuntut kesiapan dari manusianya tersebut untuk memperoleh malam lailatul qadar. 


Berarti, jika jiwa sudah siap, kesadaran sudah tumbuh serta bersemi, serta lailatul qadar datang menjumpai seorang, saat itu malam kemunculannya jadi waktu qadar, dalam arti waktu memastikan untuk perjalanan histori hidupnya di bebrapa saat yang akan datang


Waktu itu untuk seseorang hamba yaitu waktu titik tolak manfaat mencapai kemuliaan serta kejayaan hidup didunia serta di akhirat nantinya. Mulai sejak waktu itu juga malaikat juga akan turun manfaat mengikuti serta menuntunnya menuju kebaikan hingga terbit fajar kehidupannya yang baru nantinya di hari lalu


Saat-saat memastikan serta merubah semua kehidupan Nabi Muhammad serta umatnya adalah saat beliau menyendiri di Gua Hira. Waktu itu adalah peristiwa pertama kalinya Nabi SAW temukan malam lailatul qadar. Saat jiwa beliau sudah menjangkau kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran serta menuntun Nabi hingga terjadi pergantian keseluruhan dalam perjalanan hidup beliau bahkan juga perjalanan hidup umat manusia. 


Sepintas dari cerita Nabi diatas, lailatul qadar mustahil juga akan dicapai terkecuali oleh beberapa orang spesifik saja. Malam lailatul qadar dicapai oleh manusia saat dia sudah siap dengan semua kebaikan serta kemuliaan hatinya. Jadi, hadirnya malam yang juga akan merubah perjalanan hidup seseorang itu menuntut peranan aktif manusia dalam beramal, melaksanakan ibadah, lakukan kebaikan untuk semuanya manusia, serta menyucikan jiwanya. 


Tamsil dari datangnya malam yang mulia itu bisa diterangkan yakni saat ada tamu agung yang bertandang ke satu tempat akan tidak menjumpai tiap-tiap orang di tempat itu, meskipun tiap-tiap orang ditempat itu mendambakannya. Tidakkah ada orang yang begitu rindu atas kehadiran kekasih, tetapi nyatanya sang kekasih tidak sudi singgah menemuinya? 


Sekian dengan juga lailatul qadar. Itu penyebabnya bln. Ramadhan jadi bln. kemunculannya, karna bln. ini yaitu bln. penyucian jiwa. Karenanya, disangka oleh Rasulullah lailatul qadar datang pada sepuluh malam paling akhir bln. Ramadhan. 


Karna saat itu, diinginkan jiwa manusia yang berpuasa sepanjang dua puluh hari terlebih dulu sudah menjangkau satu tingkat kesadaran serta kesucian yang memungkinakan malam mulia itu sudi singgah menemuinya. Itu juga penyebabnya Nabi SAW menyarankan sekalian mempraktikkan i’tikaf (berdiam diri serta merenung di masjid) pada sepuluh hari paling akhir pada bln. Ramadhan. Wallahu a’lam bisshowab.

9 Kerugian sekolah lima hari menurut PBNU, Berikut Penjelasannya




ISLAM KITA- Gagasan Menteri Pendidikan serta Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengaplikasikan kebijakan aktivitas belajar mengajar lima hari mesti dikaji lagi. Beragam penolakan serta resistensi orang-orang yang selalu menguat yaitu early warning untuk hari esok system pendidikan nasional kita. 


Sesudah menyimak dengan cermat beberapa point kebijakan ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lihat ada semakin banyak potensi kerugian (mafsadat) di banding kebaikan (maslahat) -nya. 


“Kami mencatat sekurang-kurangnya ada sembilan potensi kerugian yang dapat di pastikan berlangsung bila aplikasi sistem belajar mengajar lima hari ini selalu dipaksakan, ” tutur Sekretaris Jenderal PBNU HA. Helmy Faishal Zaini, Senin (12/6) di Jakarta. 


1. Berkaitan Beban Belajar


Yang juga akan semakin memberatkan siswa. Hasil jajak pendapat dengan beberapa pakar psikologi di Jawa Tengah sekian waktu lalu menyimpulkan, kalau anak umur SD sesudah jam 13. 00 daya serap ilmunya condong alami penurunan. Ini berarti bila aktivitas belajar mengajar ditambah hingga jam 16. 00 jadi keterserapan pendidikan pada anak umur awal akan tidak maksimum


2. Berkaitan Segi Mental Spiritual


Kenyataan dunia pendidikan basic kita terkecuali SD serta MI juga ada pendidikan pesantren serta Madrasah Diniyah (Madin) yang berperan memberi penguatan pelajaran di bagian agama, terlebih berkaitan praktek muamalah serta ubudiyyah keseharian. Kehadiran instansi pendidikan pesantren serta Madin ini sudah banyak memberi peran pada pembentukan kepribadian serta watak mental spiritual anak. 


Di banyak tempat Madin umumnya dikerjakan sore hari. Bila sekolah diberlakukan hingga sore hari jadi praktis mereka tidak dapat mengikutinya. Jadi deskripsi, di Jawa Tengah saja sekarang ini ada 10. 127 Madin serta TPQ, di mana 90 % siswanya yaitu anak umur SD serta SMP. 


3. Segi Akademik


 Ketentuan belajar mengajar lima hari pasti mesti dibarengi oleh pembenahan kurikulum sekolah. Sesaat merubah kurikulum lama yang telah dengan systematik diaplikasikan di sekolah pasti tidak semudah membalikkan tangan. Sebab skema kurikulum juga berkait erat dengan tingkat kekuatan rata-rata siswa dalam menyerap materi pelajaran di sekolah. 


4. Berkaitan Segi Kompetensi Non Akademik


Rencana lima hari sekolah, juga akan memutus kreativitas anak dalam penguatan pengetahuan non akademik. Seumpama, anak yang mempunyai kelebihan bagian seni, budaya, berolahraga, pasti mesti turut aktivitas les sore hari. Waktu kebijakan ini diaplikasikan pasti juga akan mengonsumsi habis saat mereka untuk penguatan pengetahuan non akademik. 


5. Berkaitan Hak Atas Dunia Sosial Anak


Menambahkan jam belajar mengajar terkecuali ambil jam belajar diluar sekolah, ketika yang sama saja merampas jam bermain anak. Peluang mereka untuk membuat dunia sosial dengan sesama umurnya dengan hal tersebut juga akan hilang. Tidakkah ini bentuk pelanggaran serius pada hak asasi anak untuk meningkatkan psikomotorik serta afektif mereka jadi calon generasi bangsa? 


6. Berkaitan Segi Ekonomi


Menambahkan jam belajar sekolah praktiknya juga terkait dengan menambahkan uang saku anak di sekolah. Serta ini sudah pasti menaikkan beban finansial orangtua. Bila jam makan siang tidak dapat dikerjakan di rumah dengan kata lain mesti beli di sekolah, biaya uang saku bebrapa dapat 3x lipat dari umumnya


7. Berkaitan Segi Keamananan


 Saat siswa mesti pulang sore hari pasti harus juga dipikirkan lagi jaminan pada keselamatan serta keamanan jiwanya. Siswa yang jarak perjalanan dari tempat tinggal ke sekolahnya memerlukan saat 1 jam umpamanya, bila jam pulang sekolah jam 16. 00 juga akan susah pulang pas saat karna mesti bertaruh dengan kepadatan arus di jalan raya. 


Di sebagian besar kota besar, jam 16. 00-17. 00 yaitu jam-jam macet karna berbarengan dengan jam karyawan pulang kerja. Dari bagian keamanan juga akan begitu riskan bila anak sehari-hari mesti pulang sekolah terlalu petang. 


8. Dari Segi Fasilitas Prasarana Penunjang


Seperti di ketahui untuk sekolah di beberapa daerah spesifik masih tetap susah terakses fasilitas transportasi umum. Ini jadi problem kelanjutan bila jam pulang sekolah beralih. Problem beda berkaitan terbatasnya ruangan kelas. 


Di Lombok Barat umpamanya, kami sering memperoleh yang dirasakan dari sebagian Kepala Sekolah karna beberapa ruangan kelas di sekolah mereka telah lama dibagi pemakaiannya. Pagi dipakai sekolah resmi serta sore Madrasah Diniyah. Jadi mereka mustahil melakukan sekolah hingga sore hari. 


9. Segi Ketahanan Keluarga


 Siswa yang datang dari keluarga tidak dapat, umumnya selesai pulang sekolah senantiasa menolong orang-tua, ada sebagai buruh tani, berdagang, nelayan, dsb. Bila anak-anak ini mesti bersekolah sampai sore hari jadi dua hal sekalian membebani orangtua. Pertama, menambahnya keperluan uang saku sekolah, ke-2 menyusutnya pendapatan karena menyusutnya tenaga dalam mencari nafkah. 


“Dengan beragam pertimbangan itu diatas, pada Menteri Pendidikan serta Kebudayaan Muhadjir Effendy, kami dengan hormat memohon supaya dikaji lagi serta dibatalkan, ” tegas Helmy. 


Menurut dia, ketegasan serta kearifan sikap pemerintah perlu serta mesti selekasnya diperlihatkan untuk hentikan kegaduhan serta melindungi kondusifitas penyelenggaraan pendidikan nasional kita. 


“Kami siap duduk dengan untuk memberi input serta temukan jalan keluar terbaik untuk kebijakan kontroversial ini, ” tandas Helmy.


SUMBER : nuonline