Ibn Khaldun yang enam kali bolak-balik diangkat-dipecat jadi
Hakim untuk mazhab Maliki itu disebut-sebut sebagai peletak dasar ilmu
sosiologi dan ekonomi. Membaca ulasannya di al-Muqaddimah seperti sedang ngaji
dengan profesor yang menguasai berbagai disiplin ilmu sekaligus: penjelasannya
padat bergizi dan juga orisinil.
Mungkin selain karena menguasai berbagai kajian berbeda,
beliau juga punya pengalaman panjang bolak-balik masuk penjara dan jadi sekretaris
negara, didera berbagai fitnah dan hinaan serta pujian. Komplit pengalaman
hidupnya, komplit pula ilmunya.
Salah satu bahasan dalam al-Muqaddimah adalah tentang
tasawuf. Ibn Khaldun hidup sekitar 200 tahun setelah wafatnya Hujjatul Islam
Moslem al-Ghazali. Tidak heran Ibn Khaldun terpengaruh dengan corak tasawuf
al-Ghazali seperti yang bisa kita baca di sini:
و جمع الغزالي
رحمه الله بين الأمرين
في كتاب الإحياء فدون
فيه أحكام الورع و
الاقتداء ثم بين آداب
القوم وسننهم و شرح
اصطلاحاتهم في عباراتهم
"Imam al-Ghazali yang dirahmati Allah telah
mengumpulkan pembahasan kedua masalah tersebut [Syari'ah dan Tasawuf] dalam
kitab Ihya dimana beliau menulis tentang hukum al-wara' dan jalan petunjuk,
lalu menjelaskan tata cara dan prilaku kaum sufi dan istilah yang mereka
gunakan dan ungkapkan."
Ibn Khaldun merujuk kepada Imam al-Ghazali ketika
menjelaskan bahwa Syariat dan tasawuf itu tidak perlu dipertentangkan, bahkan
menurut Ibn Khaldun, ilmu tasawuf ini merupakan bagian dari ilmu Syari'at muncul di waktu belakangan. Aktivitas zuhud merupakan hal yang biasa
dilakukan para sahabat Nabi. Baru pada masa selanjutnya menjadi bidang ilmu
sendiri.
Ibn Khaldun mengungkapkan:
و صار علم الشريعة
على صنفين: صنف مخصوص
بالفقهاء و أهل الفتيا
و هي الأحكام
العامة في العبادات و
العادات و المعاملات. و
صنف مخصوص بالقوم في
القيام بهذه المجاهدة و
محاسبة النفس عليها و
الكلام في الأذواق و
المواجد العارضة في طريقها
و كيفية الترقي
منها من ذوق إلى
ذوق و شرح الاصطلاحات
التي تدور بينهم في
ذلك.
"Ilmu Syariat menjadi dua bagian: ada bagian khusus
untuk para ahli fiqh dan ahli ruling, dan ini berkenaan dengan hukum umum dalam ibadah, tradisi dan
muamalat. Bagian lainnya khusus untuk kaum sufi yang bermujahadah dan
bermuhasabah, dimana bagian ini membahas tentang cita rasa (al-adzwaq) dan
pengalaman spiritual, cara meningkatkan kualitas ibadah dari satu rasa ke rasa
lainnya dan menjelaskan berbagai istilah dipakai kaum sufi."
Baca Juga : 1. mengenal-kitab-fiqh-perbandingan-mazhab dalam islam
2. pembunuh-sahabat-ali-bin-abi-thalib seorang yang ahli ibadah
Baca Juga : 1. mengenal-kitab-fiqh-perbandingan-mazhab dalam islam
2. pembunuh-sahabat-ali-bin-abi-thalib seorang yang ahli ibadah
Ibn Khaldun mengakui adanya berbagai karamah yang dialami
kaum sufi. Beliau bahkan membantah sementara ulama mengingkari
karamah.
Namun demikian Ibn Khaldun mengingatkan soal karamah ini:
و هذا الكشف كثيرا
ما يعرض لأهل المجاهدة
فيدركون من حقائق الوجود
مالا يدرك سواهم و
كذلك يدركون كثيرا من
الواقعات قبل وقوعها و
يتصرفون بهممهم و قوى
نفوسهم في الموجودات السفلية
و تصير طوع
إرادتهم. فالعظماء منهم لا يعتبرون
هذا الكشف و لا
يتصرفون و لا يخبرون
عن حقيقة شيء لم
يؤمروا بالتكلم فيه بل
يعدون ما يقع لهم
من ذلك محنة و
يتعوذون منة إذا هاجمهم.
و قد كان
الصحابة رضي الله عنهم
على مثل هذه المجاهدة
و كان حظهم
من هذه الكرامات أوفر
الحظوظ لكنهم لم يقع
لهم بها عناية.
"Pengungkapan rahasiaNya ini banyak diperoleh oleh
mereka yang bermujahadah dan melakukan olah non secular. Mereka dapat
mengetahui hakikat sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain, dan juga tahu
peristiwa sebelum terjadi, dan menggerakkan orang lain mengikuti mereka. Namun
para tokoh sufi tidak mau mengatakan ini sebagai pencapaian, mereka tidak mau
melakukan tindakan apapun atau memberitahu sesuatu yang tidak ADA perintahNya
kepada mereka untuk mengungkapkannya. Ini semua dianggap sebagai ujian. Mereka
senantiasa berlindung kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh para sahabat
Nabi radhiyallah anhum".
Jelaslah sudah bahwa bagi Ibn Khaldun bukan saja tasawuf
harus beriringan dengan Syariat tapi juga tasawuf itu berkenaan dengan
mujahadah dan muhasabah.
Karamah itu cuma bonus, makanya aneh kalau ada orang yang
malah mengejar karamah apalagi petantang-petenteng pamer kesaktian. Yakinlah
orang seperti itu bukan Sufi principle dimaksud Ibn Khaldun dan para ulama
lainnya. Mungkin itu Sufi yang punya identitas lain, entah itu ngaku-ngaku Sufi
padahal cuma Suka-Film atau Suka-Fitnah.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Pengasuh PonPes Ma'had Aly Raudhatul Muhibbin, Caringin
Bogor pimpinan DR KH M Luqman Hakim
judi sabung ayam
ReplyDelete